
Dalam dunia game horor yang dipenuhi oleh jump scare dan entitas barat yang sudah terlalu sering muncul—seperti zombie, vampir, dan arwah penasaran ala Amerika—hadir satu game unik dari Indonesia yang membawa pendekatan berbeda: Pamali: Indonesian Folklore Horror. Game ini bukan sekadar ingin menakuti pemainnya, tapi juga mengangkat kearifan lokal, cerita rakyat, dan nilai-nilai budaya Indonesia yang sering terlupakan.
Dirilis oleh StoryTale Studios, Pamali bukan hanya game horor biasa. Ia adalah sebuah eksplorasi psikologis dan budaya, dikemas dalam bentuk interaktif yang mendorong pemain untuk merenungkan apa yang dianggap tabu, apa yang kita tinggalkan, dan bagaimana “pamali” atau larangan dalam tradisi bisa menciptakan suasana horor tersendiri.
Latar Belakang & Konteks Budaya

“Pamali” dalam bahasa Sunda dan Indonesia berarti pantangan atau larangan, biasanya berhubungan dengan adat istiadat dan kepercayaan masyarakat. Contoh pamali dalam kehidupan sehari-hari misalnya:
- Jangan menyapu malam-malam nanti rezeki hilang
- Jangan duduk di depan pintu, nanti susah jodoh
- Jangan buka payung di dalam rumah, nanti ada makhluk halus
Dalam game ini, larangan-larangan itu dijadikan mekanisme gameplay, bukan sekadar cerita latar. Jadi ketika kamu melanggar pamali, bukan cuma tokoh di game yang kena akibatnya—kamu sebagai pemain juga akan merasakan akibatnya dalam atmosfer game yang makin menegangkan dan mencekam.
Cerita dan Tema dalam Game
Pamali memiliki empat cerita utama yang masing-masing berdiri sendiri, tapi tetap terhubung oleh tema besar: hubungan manusia dengan dunia arwah dan norma budaya.
Setiap cerita membawa latar, karakter, dan entitas hantu yang berbeda—berasal dari cerita rakyat Indonesia yang terkenal. Tidak hanya seram, game ini juga sering menyentuh isu sosial seperti trauma, keserakahan, perasaan bersalah, dan konflik keluarga.
Empat Cerita Hantu Utama

1. The White Lady (Kuntilanak)
Cerita pertama dan paling ikonik. Kamu berperan sebagai Jaka, seorang pemuda yang kembali ke rumah keluarganya untuk menjualnya setelah kepergian ibunya. Tapi saat proses beres-beres rumah, hal-hal aneh mulai terjadi. Bunyi tangisan, kursi yang bergerak sendiri, dan… suara-suara aneh dari kamar mandi.
Kuntilanak di sini digambarkan bukan sekadar sosok seram, tapi juga mewakili duka dan penyesalan, serta konflik yang tidak selesai antara ibu dan anak. Bergantung pada apa yang kamu lakukan di dalam rumah, kamu bisa menghindari atau justru memancing kemarahan Kuntilanak.
2. The Tied Corpse (Pocong)
Cerita kedua berfokus pada Wirasatya, seorang laki-laki yang bekerja sebagai penjaga makam. Di sini, kamu diminta untuk memakamkan seseorang yang memiliki masa lalu kelam. Namun, ada ritual-ritual yang harus dilakukan, dan jika kamu mengabaikan satu pun… ya, siap-siap melihat Pocong melompat-lompat sambil mengejarmu.
Uniknya, game ini menyoroti proses pemakaman ala Indonesia, dan bagaimana kesalahan dalam tradisi bisa menimbulkan ketakutan luar biasa. Pocong dalam cerita ini bukan hanya “mayat terikat”—dia adalah simbol dari kewajiban yang tidak terselesaikan.
3. The Little Devil (Leak)
Cerita ketiga memperkenalkan kita pada Leak atau Bali’s demon, makhluk gaib dalam mitologi Bali yang dikenal bisa melepas kepala dan terbang untuk mencari darah. Kamu bermain sebagai Ketut, seorang peneliti budaya yang ingin menulis buku tentang Leak. Tapi ambisinya membuat dia mengabaikan larangan setempat.
Di sini kamu akan melihat bagaimana keserakahan dan rasa ingin tahu yang berlebihan bisa membuka pintu menuju hal-hal yang seharusnya tidak dijamah. Selain mencekam, cerita ini juga mengajak kita menghormati budaya lokal, bahkan jika itu tidak masuk akal bagi logika modern.
4. The Hungry Witch (Bubutongger)
Cerita keempat mengangkat kisah seorang penyihir kelaparan dari cerita rakyat Kalimantan. Kamu adalah Siska, seorang perempuan yang mewarisi rumah neneknya di pedalaman. Tapi ternyata, rumah itu menyimpan rahasia yang kelam—dan rasa lapar yang tak pernah terpuaskan.
Game ini menyoroti konflik keluarga, warisan yang membebani, dan peran perempuan dalam budaya patriarkis. Cerita ini juga punya atmosfer paling suram dan ending yang paling “gelap” dibandingkan tiga cerita lainnya.
Gameplay dan Mekanisme

Pamali menggunakan pendekatan first-person dan berfokus pada eksplorasi, pilihan moral, dan atmosfer. Tidak ada jumpscare murahan, tidak ada monster yang tiba-tiba muncul dari langit-langit. Ketegangan dibangun secara perlahan melalui:
- Interaksi objek (membaca surat, membuka lemari, mengatur ruang)
- Mekanik pilihan (membuang barang, menghormati benda pusaka, berdoa atau tidak)
- Efek suara (langkah kaki, pintu yang berderit, suara bisikan)
Setiap keputusan bisa memengaruhi ending, dan kamu bisa mendapatkan multiple ending tergantung pada seberapa banyak pamali yang kamu langgar atau patuhi.
Game ini juga sangat repetitif—in a good way. Kamu akan sering melakukan trial & error, mencoba pilihan yang berbeda untuk melihat perubahan dalam cerita.
Desain Visual dan Atmosfer Horor

Secara grafis, Pamali mungkin tidak selevel game AAA. Tapi visualnya punya gaya yang khas dan kuat, penuh detail rumah-rumah tradisional Indonesia—dari lemari kayu tua, genteng bocor, sampai tembok berjamur.
Lighting sangat berperan penting. Cahaya temaram, senter yang berkedip, dan bayangan-bayangan samar menciptakan atmosfer horor yang tidak berlebihan tapi tetap bikin merinding.
Setiap cerita juga punya gaya desain yang berbeda tergantung latar budayanya. Rumah Jawa beda auranya dengan rumah Kalimantan, begitu juga dengan setting pemakaman atau desa Bali. Ini menunjukkan kerja riset dan artistik yang mendalam dari tim pengembang.
Suara, Musik, dan Narasi
Sound design adalah salah satu kekuatan utama game Pamali.
- Suara angin berdesir
- Benda jatuh
- Tangisan perempuan
- Ceramah tradisional dari radio
- Musik gamelan atau bunyi-bunyian khas lokal
Semua digabungkan untuk menciptakan pengalaman yang sangat immersive dan menyeramkan.
Narasi dalam Pamali tidak banyak dialog langsung, melainkan disampaikan melalui surat, benda-benda di rumah, dan reaksi dari lingkungan. Hal ini menuntut pemain untuk mengamati dan menafsirkan sendiri cerita yang terjadi.
Pesan Moral dan Pilihan Bermakna

Game ini tidak hanya sekadar “takut-takutin”. Ia mendorong kita untuk berpikir:
- Apakah semua hal yang kita anggap takhayul sebenarnya punya makna tersembunyi?
- Apakah kita sudah menghargai budaya kita sendiri?
- Seberapa penting etika dalam menjalani hidup, bahkan terhadap hal yang tidak kasat mata?
Pamali membawa kita pada perenungan, bahwa kadang ketakutan terbesar datang bukan dari hantu, tapi dari penyesalan dan kesalahan masa lalu.
Reaksi Komunitas & Review Kritikus
Setelah rilis, Pamali mendapat apresiasi besar dari gamer Indonesia dan internasional.
- Di Steam, game ini mendapat ulasan “Very Positive”
- Banyak Youtuber horor seperti Windah Basudara, MiawAug, dan Markiplier memainkan dan memuji keunikan game ini
- Kritikus internasional memuji Pamali sebagai game horor yang “berbeda dan orisinal”, dengan pendekatan kultural yang dalam
Yang menarik, banyak orang luar negeri yang akhirnya tertarik dengan budaya Indonesia gara-gara main game ini.
Keunggulan Game Pamali

✅ Membawa budaya lokal ke panggung global
✅ Cerita horor yang tidak klise dan penuh makna
✅ Gameplay berbasis pilihan yang bermakna dan bervariasi
✅ Sound design yang luar biasa, bikin merinding
✅ Visual atmosferik yang berhasil membangun rasa takut tanpa jump scare murahan
✅ Repetisi ending membuat game ini punya nilai replay tinggi
✅ Mendalami mitologi Indonesia dengan riset yang dalam
Kekurangan Game Pamali
❌ Durasi permainan per cerita cukup pendek (sekitar 30-60 menit)
❌ Beberapa pemain merasa pacing terlalu lambat
❌ Tidak ada sistem combat atau mekanisme bertahan (bagi yang suka action horor)
❌ Perlu lebih banyak cerita atau ekspansi untuk memperluas dunia Pamali
❌ Grafis masih bisa ditingkatkan, meskipun atmosfer sudah solid
Rekomendasi Game Serupa
Kalau kamu suka Pamali, kamu juga mungkin suka game berikut:
- Detention (Taiwan) – Horor budaya dengan latar masa pemerintahan otoriter
- Home Sweet Home (Thailand) – Penuh mitologi Thailand dan atmosfer menyeramkan
- Devotion – Horor psikologis yang kental budaya Taiwan
- Visage – Game horor slow-burn penuh atmosfer menyeramkan
- Paranormal HK – Horor berdasarkan urban legend Hong Kong
Kesimpulan

Pamali bukan hanya game horor—ia adalah wujud cinta terhadap budaya dan tradisi Indonesia. Ia memperlihatkan bahwa takut itu tidak selalu harus dari hantu berwajah menyeramkan, tapi juga bisa dari rasa bersalah, kehilangan, dan ketidaktahuan akan sesuatu yang sakral.
Dengan pendekatan berbasis cerita rakyat, mekanisme pilihan yang bermakna, dan atmosfer mencekam, Pamali menjadi salah satu game horor terbaik yang pernah dibuat oleh developer lokal.
Kalau kamu suka horor yang tidak sekadar menakutkan, tapi juga mengajak berpikir, merenung, dan mengenal budaya sendiri, maka Pamali adalah game yang tidak boleh kamu lewatkan.