Di abad ke-32, ketika manusia tak lagi hanya penghuni satu planet, tetapi telah menjelajah gugusan galaksi hingga ratusan tahun cahaya dari Bumi, satu teknologi menjadi tulang punggung peradaban antarbintang: Star Overdrive.
Star Overdrive bukan sekadar mesin pendorong. Ia adalah kunci utama kecepatan cahaya, jantung setiap kapal yang melesat melewati batas-batas ruang dan waktu. Dibangun dari inti antimateri dan dikendalikan oleh AI kuantum, teknologi ini memungkinkan manusia berpindah dari satu sistem bintang ke sistem lainnya hanya dalam hitungan menit. Namun, Star Overdrive bukan tanpa risiko—kesalahan sekecil apa pun bisa merobek ruang, membuka celah ke dimensi tak dikenal.
Kisah ini dimulai di Stasiun Astra-9, stasiun koloni terakhir yang mengorbit bintang kerdil merah bernama Yora. Di sinilah Kapten Rayna Elara, pilot termuda dalam sejarah Armada Galaksi, menerima misi yang akan mengubah segalanya.
Misi itu sederhana di atas kertas: uji coba generasi terbaru Star Overdrive Mark-V. Namun, rayuan kemajuan selalu menyimpan bahaya di balik kecepatan.
“Rayna, sistem sudah terpasang,” ujar Dr. Kairon Vel, ilmuwan eksentrik pencipta prototipe tersebut. “Jika berhasil, kita tak lagi bicara tentang perjalanan antarbintang. Kita bicara tentang penghapusan jarak.”
Rayna mengangguk, jari-jarinya menyusuri panel kendali SS Helion Vortex, kapal penjelajah pertama yang menggunakan Mark-V. Jantungnya berdetak cepat, bukan karena ketakutan, tetapi karena naluri. Sebagai pilot veteran, dia tahu: setiap kali manusia mencoba mengendalikan kekuatan alam, selalu ada harga yang harus dibayar.
“Koordinat tujuan?” tanya Rayna.
“Galaksi Andrelis, sistem bintang Arkanus. Belum ada misi manusia yang pernah ke sana. Bila Overdrive berhasil… kau akan jadi manusia pertama yang menginjakkan kaki di sistem itu.”
Rayna menyalakan sistem. Cahaya biru menyelimuti dek utama. Mesin Star Overdrive mulai mendengung pelan, lalu bergetar hebat.
“Star Overdrive aktif,” ujar AI kapal, V1R-EX.
Rayna menarik tuas.
Dalam sekejap, dunia di sekelilingnya kabur, suara lenyap, waktu berhenti. Ruang terbelah, dan kapal menyelinap ke dalam lorong dimensi yang hanya bisa dijelajahi oleh cahaya dan keberanian.
Namun, sesuatu salah.
Lorong itu… hidup.
Rayna membuka matanya. Ia terbangun di tempat asing. Kokpit SS Helion Vortex masih utuh, tapi semua sistem mati. Luar angkasa di luar jendela tidak seperti apa pun yang ia lihat sebelumnya. Bintang-bintang di sana membentuk pola spiral aneh, dan sebuah matahari raksasa berwarna ungu menyala di kejauhan.
“V1R-EX?” panggilnya. Tak ada jawaban.
Ia melirik layar navigasi. Semua data kosong. Tak ada sinyal. Tak ada galaksi yang dikenal. Seolah ia telah melompati bukan hanya ruang, tapi kenyataan.
Tiba-tiba, suara bergema di kepalanya. Bukan suara AI. Bukan suara manusia.
“Kau membuka Gerbang Cahaya. Kau bukan yang pertama… tapi bisa jadi yang terakhir.”
Rayna melompat dari kursinya. “Siapa kau?”
“Kami adalah penjaga batas. Dimensi ini bukan milikmu. Star Overdrive milik kami sejak awal—dan kini kalian telah membangkitkan sesuatu yang seharusnya tetap tertidur.”
Kapalnya mulai bergetar. Cahaya ungu dari matahari asing menyorot langsung ke jantung reaktor. Dr. Vel pernah berkata bahwa Overdrive Mark-V memiliki semacam… resonansi spiritual. Ia tertawa waktu mengatakannya, tapi Rayna tahu: pria itu tak pernah sepenuhnya waras, dan terkadang, gila punya dasar.
“Bagaimana aku keluar dari sini?” tanya Rayna.
“Dengan menyeimbangkan energi yang kau bawa. Mesinmu telah membuka luka di ruang. Tapi jika kau berani… jika kau mampu menahan cahaya yang membakar jiwa… kau bisa kembali.”
Rayna memandangi panel kendali. Sistem darurat menyala. Ia tahu satu-satunya cara adalah menyalakan kembali Star Overdrive, namun kini dengan cara berbeda—bukan melawan ruang, tetapi menyatu dengannya.
Ia memejamkan mata. Memandu energi mesin dengan pikirannya. Mengatur frekuensi berdasarkan firasat, bukan sains.
Dan entah bagaimana, berhasil.
Kapal itu kembali muncul di sistem Arkanus. V1R-EX aktif kembali.
“Selamat datang kembali, Kapten. Perjalanan… tidak terdaftar dalam log manapun. Apakah Anda bermimpi?”
Rayna tertawa kecil. Tapi matanya menangkap sesuatu di layar radar.
Sebuah menara. Menara cahaya, mengambang di orbit planet Arkanus Prime. Dan pada puncaknya… simbol yang sama seperti di dalam dimensi asing.
Bentuk spiral bintang, dengan tulisan kuno: “Star Overdrive bukan alat. Ia adalah gerbang.”
Rayna menatap ke depan. Ia tahu, perjalanan barunya baru saja dimulai. Di balik kecepatan, ada misteri. Di balik cahaya, ada kebenaran. Dan di balik Star Overdrive, ada sesuatu yang lebih besar dari teknologi—ada panggilan.