seputaran game online

Last Epoch: Ketika Waktu, Takdir, dan Kekuatan Bertemu dalam Aksi RPG Terbaik Era Baru

Pendahuluan: Kelahiran ARPG yang Menantang Waktu

Bayangin sebuah dunia di mana waktu bukan cuma berlalu, tapi bisa lo kendalikan.
Sebuah dunia di mana masa lalu, masa kini, dan masa depan saling bertabrakan — menciptakan pertempuran antara para pahlawan, iblis, dan entitas kuno yang ingin menguasai segalanya.

Itulah Last Epoch, sebuah game action RPG epik yang dikembangkan oleh Eleventh Hour Games. Game ini udah lama dinanti karena berhasil memadukan gameplay cepat dan brutal khas Diablo, dengan sistem build dan kompleksitas mendalam seperti Path of Exile. Tapi yang bikin Last Epoch beda adalah tema waktu — elemen yang bukan cuma jadi hiasan cerita, tapi benar-benar memengaruhi gameplay dan dunia yang lo jelajahi.

Dirilis penuh setelah bertahun-tahun Early Access, versi terbaru Last Epoch akhirnya jadi ARPG modern yang solid banget, dengan konten endgame dalam, build karakter super fleksibel, dan visual yang matang tanpa kehilangan jiwanya sebagai game buatan developer yang cinta genre ini.


Dunia Eterra: Petualangan Melintasi Waktu

Cerita Last Epoch terjadi di dunia bernama Eterra, sebuah dunia yang dulunya indah dan damai, tapi kini hancur karena perang para dewa, kekuatan sihir kuno, dan gangguan waktu yang bikin realitas terbelah. Lo memulai petualangan sebagai pahlawan biasa — sampai lo menemukan kemampuan untuk melompat di antara era waktu yang berbeda.

Dalam perjalanan, lo akan menjelajahi lima zaman besar Eterra:

  1. Divine Era – masa ketika para dewa masih berjalan di bumi.
  2. Imperial Era – zaman kejayaan dan korupsi kerajaan manusia.
  3. Ruined Era – masa kehancuran total setelah perang para dewa.
  4. Ancient Era – dunia purba penuh makhluk mistis dan rahasia.
  5. End of Time – dunia di ambang kehancuran, tempat waktu berhenti bergerak.

Setiap era punya monster, rahasia, dan quest uniknya sendiri. Bahkan, beberapa area cuma bisa diakses kalau lo udah lompat ke era tertentu, bikin sistem eksplorasi terasa dinamis dan unik banget.


Gameplay: Aksi Cepat, Build Dalam, dan Loot yang Memuaskan

Gameplay Last Epoch terasa familiar bagi penggemar ARPG, tapi tetap punya identitas sendiri.
Lo akan:

  • Mengalahkan gerombolan monster,
  • Ngumpulin loot,
  • Naik level,
  • Dan terus memperkuat build karakter lo lewat sistem yang dalam dan fleksibel.

Tapi yang bikin beda adalah cara sistemnya nyatu dengan tema waktu dan progres.


1. Sistem Kelas dan Mastery: Lima Kelas, Lima Belas Jalan Takdir

Awalnya lo milih dari lima kelas utama, tapi masing-masing punya tiga Mastery Class — total 15 gaya main unik yang bisa lo kembangkan.
Berikut daftarnya:

  • Acolyte: Penguasa sihir kematian. Bisa jadi Necromancer yang memanggil pasukan undead, Lich yang mengorbankan darahnya sendiri, atau Warlock dengan sihir kegelapan.
  • Mage: Manipulator elemen. Bisa jadi Sorcerer yang fokus ke elemen murni, Spellblade yang gabungin pedang dan sihir, atau Runemaster yang ahli mantra kuno.
  • Primalist: Petarung alam liar. Bisa jadi Beastmaster dengan hewan peliharaan, Druid yang berubah bentuk jadi serigala, atau Shaman yang memanggil roh alam.
  • Rogue: Assassin cepat dan lincah. Bisa jadi Marksman dengan busur, Bladedancer dengan serangan cepat, atau Falconer yang ditemani burung elang mematikan.
  • Sentinel: Ksatria tangguh. Bisa jadi Paladin yang suci, Void Knight yang mengendalikan kekosongan, atau Forge Guard yang memanggil golem logam.

Setiap Mastery punya skill tree unik, kemampuan eksklusif, dan gaya bertarung berbeda total.
Misalnya, Void Knight bisa melipat ruang dan waktu buat menciptakan efek ledakan gravitasional, sementara Lich bisa nyerap HP musuh buat perpanjang hidupnya sendiri.


2. Sistem Skill: Kebebasan Build Tanpa Batas

Setiap skill di Last Epoch bisa di-specialize lewat pohon skill-nya sendiri.
Jadi bukan cuma karakter lo yang punya tree — setiap kemampuan juga bisa dikustomisasi.

Contohnya:

  • Skill Fireball bisa dikembangkan jadi bola api besar yang meledak, atau jadi semburan cepat beruntun.
  • Skill Summon Skeleton bisa diubah jadi pemanggilan prajurit undead elit, atau pasukan kecil yang jumlahnya puluhan.

Ada ratusan kombinasi build yang bisa lo ciptakan.
Mau bikin Paladin Necromancer hybrid? Bisa.
Mau bikin Sorcerer yang fokus ke sihir waktu? Bisa juga.

Game ini benar-benar kasih lo kebebasan buat bereksperimen dan menemukan gaya main sendiri.


3. Loot dan Crafting: Barang Legendaris yang Bisa Lo Bentuk Sendiri

Loot adalah jantung dari ARPG, dan Last Epoch ngerti banget hal itu.
Tiap monster bisa nge-drop:

  • Senjata unik,
  • Armor langka,
  • Relik misterius,
  • Atau fragment crafting yang bisa lo pakai buat modifikasi item.

Sistem crafting-nya luar biasa fleksibel.
Lo bisa tambah atribut, reroll efek, bahkan nyiptain kombinasi statistik yang jarang banget muncul di loot alami.
Tapi crafting juga berisiko — makin sering lo ubah, makin besar kemungkinan item-nya “fractured” alias rusak permanen.

Artinya, crafting di sini nggak asal main — tapi butuh strategi dan keputusan matang.
Rasa “deg-degan” waktu nambah mod ke item langka itu nyata banget.


Visual dan Atmosfer: Dunia Gelap dengan Detail yang Hidup

Secara grafis, Last Epoch tampil dengan gaya dark fantasy modern — bukan ultra-realistis kayak Diablo IV, tapi punya pesona artistik yang kuat.
Desain dunia, monster, dan efek sihirnya dibuat dengan warna kontras antara cahaya dan kegelapan, menegaskan tema waktu dan kehancuran.

Setiap area terasa berbeda:

  • The Ruined World dengan langit merah menyala dan reruntuhan iblis,
  • Imperial Era City yang penuh patung runtuh dan jalan berbatu,
  • Ancient Forest yang hijau tapi berisi roh jahat,
  • Dan End of Time Hub, tempat semua era bersinggungan.

Animasinya halus, efek skill-nya keren, dan terutama — pertarungan bosnya terasa megah.
Setiap bos punya mekanik unik, bukan sekadar “gebuk sampai mati.”


Sistem Endgame: Monolith, Arena, dan Dungeon Temporal

Setelah tamat campaign, Last Epoch masih punya banyak hal buat lo jelajahi.
Endgame-nya kaya dan bisa bikin lo sibuk berbulan-bulan.

1. Monolith of Fate

Ini mode utama endgame. Lo menjelajahi berbagai “timeline” alternatif, yang masing-masing punya tantangan, reward, dan modifikasi dunia berbeda.
Setiap Monolith punya peta acak dan misi yang berubah setiap kali.
Makin dalam lo masuk, makin sulit musuhnya, tapi loot-nya juga makin gila.

Yang keren, sistem “timeline” ini cocok banget dengan tema waktu — seolah lo melintasi realitas demi realitas untuk memperbaiki masa depan dunia Eterra.


2. Temporal Sanctum & Soulfire Bastion

Dungeon ini bukan cuma tempat ngelawan bos, tapi juga puzzle waktu.
Lo harus ganti antara dua versi waktu (masa kini dan masa lalu) untuk buka jalan dan ngalahin bos tertentu.
Ini salah satu desain dungeon paling keren di genre ARPG, karena bukan cuma soal DPS, tapi juga kecepatan berpikir.


3. The Arena of Champions

Kalau lo lebih suka tantangan murni, Arena adalah mode bertahan hidup melawan gelombang monster tanpa henti.
Semakin lama lo bertahan, semakin besar hadiahnya. Tapi ingat, satu kesalahan bisa bikin lo mulai dari nol lagi.

Arena ini cocok buat nguji build lo — apakah cukup kuat buat endgame sebenarnya atau cuma “build lucu-lucuan.”


Multiplayer dan Komunitas

Setelah sekian lama diminta fans, Last Epoch akhirnya menghadirkan mode online penuh dan co-op multiplayer.
Lo bisa main bareng teman, barter item, bahkan saling bantu buat farming boss legendaris.

Server-nya stabil, sistem party-nya fleksibel, dan nggak terlalu berat di koneksi.
Developer-nya juga aktif banget ngedengerin feedback komunitas — jadi game ini terus dapet update, balance, dan ekspansi rutin.

Beda dari ARPG lain yang terasa kaku di multiplayer, Last Epoch berusaha bikin kerja sama terasa organik — lo tetap bebas bereksperimen dengan build tanpa takut “ketiban meta.”


Sistem Ekonomi dan Trade

Salah satu aspek penting dalam Last Epoch terbaru adalah dual economy system:

  • Cycle Character bisa saling trade lewat Merchant’s Guild,
  • Tapi Solo Character atau “no-trade mode” bisa dapet drop rate lebih tinggi.

Jadi lo bebas pilih: mau main solo tanpa interaksi ekonomi, atau ikut pasar global buat ngumpulin item langka dan berdagang.
Sistem ini bikin semua tipe pemain puas — baik yang kompetitif maupun yang santai.


Musik dan Suara: Waktu yang Bernyanyi

Soundtrack Last Epoch adalah salah satu elemen paling underrated.
Musiknya nggak cuma jadi latar, tapi mengiringi perjalanan lintas waktu lo.

Nada lembut muncul di era purba, orkestra besar saat perang besar, dan melodi hampa di End of Time.
Efek suaranya juga tajam — setiap tebasan pedang, mantra api, dan raungan monster punya bobot tersendiri.
Rasanya kayak lo benar-benar berada di dunia yang hancur tapi belum menyerah.


Keunggulan Dibanding Game ARPG Lain

Banyak yang bilang Last Epoch adalah “jembatan sempurna” antara Diablo IV dan Path of Exile.
Dan itu nggak salah, bre.
Alasannya?

  1. Lebih Ramah Pemula daripada Path of Exile, tapi tetap punya kedalaman sistem yang luar biasa.
  2. Lebih Fleksibel Build-nya dibanding Diablo IV, karena hampir semua skill bisa dikustom.
  3. Crafting dan Loot System-nya Juara, kasih pemain kontrol penuh atas progres gear.
  4. Tema Waktu yang Unik, bikin narasi dan mekanik terasa segar.
  5. Developer-nya Peduli Komunitas, update-nya cepat dan komunikasi terbuka.

Kelemahan: Neraka Kecil di Tengah Surga Loot

Tentu aja, nggak ada game yang sempurna.
Beberapa pemain ngeluh tentang:

  • Optimization yang kadang drop frame di area ramai,
  • Beberapa skill visual overload, bikin layar penuh efek,
  • Dan UI yang masih agak kaku di beberapa bagian inventory.

Tapi kekurangan itu kecil banget dibanding kedalaman konten yang dikasih.
Developer-nya juga rajin nambal bug dan ngeluncurin patch rutin.


Kesimpulan: Mahakarya Baru Dunia ARPG

Last Epoch versi terbaru adalah perayaan untuk semua penggemar action RPG sejati.
Ia membawa nostalgia klasik Diablo II, kebebasan build ala Path of Exile, dan identitas unik sendiri lewat tema waktu yang epik.

Dari sistem class dan skill tree yang mendalam, crafting seru, world-building yang indah, sampai endgame yang bikin nagih — semua elemen terasa dirancang dengan cinta dan detail.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *