Seputar Dunia Game

Cairn adalah game petualangan simulasi panjat tebing yang sedang dikembangkan dan diterbitkan oleh The Game Bakers, studio yang sebelumnya dikenal lewat judul seperti Furi dan Haven. Game ini dijadwalkan rilis pada tahun 2026 untuk PlayStation 5 dan Windows.

Dalam Cairn, pemain akan berperan sebagai pendaki solo yang mencoba menaklukkan gunung raksasa dengan rute ekstrem, memadukan fisika realistis, strategi perencanaan, dan tensi psikologis di setiap langkah. Fokus utama game ini bukan sekadar mencapai puncak, tetapi juga memahami batas manusia, ketakutan, dan ketenangan dalam kesendirian.

Dengan pendekatan visual sinematik khas The Game Bakers dan sistem kontrol yang menuntut presisi tinggi, Cairn menjanjikan pengalaman yang intens, sunyi, dan penuh refleksi — sebuah perjalanan fisik sekaligus spiritual bagi para pemain yang mencari tantangan dan kedalaman emosional.

Permainan

Cairn menawarkan pengalaman simulasi pendakian realistis dengan elemen survival dan narasi psikologis yang kuat. Pemain berperan sebagai Aava, seorang pendaki gunung profesional yang berambisi menaklukkan Gunung Kami, sebuah puncak mistis yang belum pernah dijelajahi siapa pun. Dalam perjalanannya, Aava akan dihadapkan pada pertanyaan eksistensial tentang pengorbanan, ketakutan, dan tekad untuk mencapai puncak tertinggi.

Gameplay berlangsung dari sudut pandang orang ketiga, dengan fokus pada mekanika pendakian manual yang menuntut ketelitian ekstrem. Pemain harus memposisikan setiap anggota tubuh Aava secara terpisah, menancapkan piton sebagai titik aman, serta membaca tekstur batu dan kondisi cuaca untuk menentukan rute paling aman. Stamina dan kondisi fisik menjadi faktor penting — memaksa pemain berhenti untuk beristirahat, makan, minum, dan memperbaiki peralatan sebelum melanjutkan ekspedisi berikutnya.

Tidak ada antarmuka pengguna (UI) tradisional; semua indikator disampaikan melalui isyarat visual dan perilaku Aava — seperti napas terengah, tangan bergetar, atau gerakan yang melambat — menambah sensasi realisme dan ketegangan.

Selain mode cerita utama, terdapat juga mode Ekspedisi, yang memungkinkan pemain memilih karakter (Aava atau Marco), menentukan gaya pendakian — alpine atau solo bebas — dan membagikan pencapaian mereka secara daring dengan komunitas pemain lainnya.

Cairn menghadirkan pengalaman yang mendalam, bukan hanya tentang mendaki gunung, tetapi juga tentang menantang batas manusia dan menghadapi diri sendiri di hadapan alam yang tak kenal ampun.

Perkembangan

Cairn dikembangkan oleh The Game Bakers, studio independen asal Prancis yang sebelumnya dikenal lewat Furi dan Haven. Proyek ini dikerjakan oleh tim kecil beranggotakan 25 orang, dengan proses pengembangan yang dimulai pada tahun 2020. Tim menggambarkan Cairn sebagai penutup dari “trilogi kebebasan” mereka — melanjutkan tema perjuangan, hubungan, dan pencarian makna hidup yang telah dieksplorasi dalam dua game sebelumnya.

Untuk memastikan keautentikan pengalaman mendaki, tim bekerja sama dengan Élisabeth Revol, pendaki gunung profesional asal Prancis yang dikenal atas ekspedisinya di Himalaya. Revol berbagi pengalaman pribadi dan tantangan psikologis yang ia alami di ketinggian ekstrem, yang kemudian menjadi inspirasi langsung dalam penyusunan sistem pendakian dan narasi Cairn.

Direktur kreatif Emeric Thoa menjelaskan bahwa permainan ini dirancang layaknya “pertarungan bos yang tiada akhir”, di mana setiap permukaan batu menjadi lawan yang menuntut strategi, kesabaran, dan manajemen sumber daya yang tepat. Meski sempat dibandingkan dengan Death Stranding dan Dark Souls karena intensitas dan filosofinya, Thoa menegaskan bahwa Cairn bukanlah “game kemarahan,” melainkan perjalanan introspektif tentang ketekunan dan kontrol diri.

Secara teknis, setiap permukaan batu dan pegangan dibuat secara manual oleh tim, sementara sistem gerak pendakian dikendalikan oleh perhitungan matematis alih-alih animasi pra-render, menciptakan hasil yang lebih organik dan realistis. Tantangan ini membuat setiap perubahan kecil dalam level berpotensi memengaruhi keseimbangan seluruh sistem permainan.

Dari sisi artistik, The Game Bakers menggandeng Mathieu Bablet, seniman komik ternama (Shangri-La, Carbon & Silicon), untuk menangani arah seni dan narasi visual, serta menggandeng Lukas Julian Lentz (Cocoon) dan Martin Stig Andersen (Limbo, Inside) untuk menciptakan suara atmosferik dan desain audio imersif yang memperkuat suasana kesendirian dan ketegangan di gunung.

Game ini pertama kali diumumkan pada Juni 2024, dengan demo interaktif yang dirilis di Steam pada Desember 2024. Awalnya dijadwalkan rilis pada 5 November 2025, namun kemudian ditunda ke kuartal pertama 2026 untuk memberikan waktu tambahan bagi penyempurnaan teknis dan penyelarasan performa lintas platform sebelum perilisan final di PlayStation 5 dan Windows PC.

Penerimaan

Setelah diumumkan pada Juni 2024, Cairn mendapat sambutan positif dari komunitas gamer dan kritikus. Demo yang dirilis di Steam pada akhir tahun itu dipuji karena fisika pendakian yang realistis, visual atmosferik, dan desain audio yang imersif.

Beberapa ulasan menyebutnya sebagai pengalaman pendakian paling autentik dan emosional dalam game modern. Meski sebagian pemain menilai tingkat kesulitannya cukup tinggi, kebanyakan menganggap hal itu justru menambah sensasi nyata dari perjuangan mencapai puncak.

Secara keseluruhan, Cairn dinilai sebagai proyek indie ambisius yang menjanjikan pengalaman mendalam dan menegangkan menjelang perilisannya pada tahun 2026.

Penutupan

Cairn tampil sebagai perpaduan antara simulasi realistis dan perjalanan batin — sebuah kisah tentang tekad, kesepian, dan batas kemampuan manusia di hadapan alam. Dengan pendekatan artistik khas The Game Bakers dan sistem gameplay yang intens namun penuh makna, game ini berpotensi menjadi salah satu rilisan indie paling berkesan di tahun 2026, terutama bagi pemain yang mencari tantangan dan pengalaman emosional yang autentik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *