The Outer Worlds — Petualangan Satir di Galaksi Kapitalis

The Outer Worlds adalah game action role-playing (RPG) yang dikembangkan oleh Obsidian Entertainment dan diterbitkan oleh Private Division, dirilis pada 25 Oktober 2019 untuk PlayStation 4, Xbox One, dan PC, serta kemudian hadir di Nintendo Switch. Sebagai studio yang dikenal lewat karya-karya RPG klasik seperti Fallout: New Vegas, Pillars of Eternity, dan Star Wars: Knights of the Old Republic II, Obsidian menghadirkan sebuah pengalaman baru yang memadukan eksplorasi ruang angkasa, humor gelap, dan kritik sosial yang tajam.

The Outer Worlds bukan sekadar game petualangan futuristik — ia adalah satir tentang korporatisme, kebebasan individu, dan absurditas sistem kapitalis yang mengekang umat manusia di masa depan.


Latar Cerita dan Dunia

Ceritanya dimulai di koloni luar angkasa bernama Halcyon, wilayah yang dikuasai oleh sekumpulan mega-korporasi yang membentuk aliansi bernama The Board. Alih-alih menjadi utopia ilmiah seperti impian penjelajahan bintang, Halcyon justru menjadi distopia kapitalis di mana setiap aspek kehidupan — pekerjaan, makanan, bahkan agama — dikendalikan oleh perusahaan.

Pemain berperan sebagai “The Stranger”, salah satu kolonis yang terbangun dari tidur kriogenik setelah puluhan tahun di pesawat luar angkasa Hope. Diselamatkan oleh ilmuwan eksentrik Phineas Welles, sang protagonis diberi tugas untuk membongkar kebusukan sistem kolonial dan menentukan masa depan Halcyon — apakah akan diselamatkan, atau dibiarkan tenggelam dalam kekacauan.

Plotnya tidak hanya serius, tetapi juga penuh humor sarkastik dan sindiran sosial. Setiap percakapan dan misi sering kali menertawakan absurditas kehidupan modern — seperti birokrasi, propaganda perusahaan, dan konsumerisme berlebihan. Gaya penulisannya tajam, khas Obsidian, dengan dialog yang cerdas dan pilihan moral yang jarang hitam-putih.


Gameplay: Perpaduan RPG Klasik dan Aksi Modern

Secara gameplay, The Outer Worlds memadukan elemen klasik RPG ala Fallout: New Vegas dengan mekanik shooter modern. Pemain bebas menjelajahi planet, menyelesaikan misi utama dan sampingan, berbicara dengan berbagai karakter, dan menentukan arah cerita berdasarkan keputusan mereka.

1. Sistem Dialog dan Pilihan Moral

Setiap percakapan dalam The Outer Worlds bisa berakhir dengan berbagai cara — tergantung pada pilihan kata, reputasi, atau tingkat keahlian sosial seperti Persuade, Lie, atau Intimidate.
Misalnya, Anda bisa menyelesaikan konflik antar faksi tanpa menembak satu peluru pun, atau sebaliknya, mengubahnya menjadi kekacauan berdarah.

Setiap keputusan memiliki konsekuensi. Beberapa NPC bisa menjadi sekutu setia, atau malah musuh yang memusuhi Anda sepanjang permainan. Hal ini membuat setiap pemain merasakan perjalanan unik mereka sendiri.

2. Pertempuran dan Sistem Karakter

Meskipun berbasis RPG, sistem tempur The Outer Worlds terasa gesit dan memuaskan. Pemain dapat menggunakan berbagai senjata — mulai dari pistol, senapan plasma, hingga senjata eksperimental aneh seperti Shrink Ray yang bisa mengecilkan musuh.

Ada pula fitur Tactical Time Dilation (TTD), kemampuan yang memungkinkan pemain memperlambat waktu untuk membidik lebih akurat atau mengeksploitasi titik lemah musuh, mirip dengan sistem V.A.T.S dari Fallout.

Dalam hal perkembangan karakter, pemain bisa menaikkan atribut utama (Strength, Intelligence, Charm, dll.) serta skill seperti Engineering, Lockpicking, dan Science untuk membuka berbagai cara menghadapi misi. Setiap gaya bermain — diplomatik, agresif, atau licik — bisa sukses jika dikembangkan dengan konsisten.

3. Rekan dan Sistem Companion

Salah satu kekuatan The Outer Worlds terletak pada sistem companion (rekan tim). Pemain bisa merekrut hingga enam karakter, masing-masing dengan kepribadian, latar belakang, dan kemampuan unik.

Contohnya:

  • Parvati — mekanik pemalu namun jenius, mewakili sisi kemanusiaan dan empati.
  • Felix — pemberontak muda yang muak dengan kekuasaan korporasi.
  • Ellie — dokter sinis yang melihat dunia dengan mata skeptis.

Selain membantu dalam pertempuran, companion sering terlibat dalam percakapan dan memiliki side quest pribadi yang memperdalam karakter mereka. Interaksi dengan mereka sering kali menjadi highlight dalam pengalaman bermain.


Dunia dan Eksplorasi

Meskipun bukan open world penuh, The Outer Worlds menawarkan beberapa planet dan lokasi luas yang bisa dijelajahi bebas. Setiap area — seperti Edgewater, Monarch, dan Byzantium — memiliki identitas unik, budaya, dan masalah sosial masing-masing.

Desain visualnya penuh warna, mengingatkan pada dunia retro-futuristik bergaya 1950-an dengan sentuhan luar angkasa. Bangunan neon, poster propaganda korporasi, dan pepohonan alien berwarna ungu menciptakan atmosfer yang khas.

Obsidian juga berhasil membuat dunia yang hidup dengan detail kecil — mulai dari percakapan warga, papan iklan sarkastik, hingga produk aneh seperti makanan kaleng yang penuh bahan kimia.


Visual dan Audio

Secara teknis, The Outer Worlds menggunakan Unreal Engine 4, menghadirkan grafis yang solid meski tidak luar biasa realistis. Gaya seninya lebih ke arah stylized sci-fi, dengan palet warna cerah dan pencahayaan kontras.

Musik garapan Justin E. Bell memperkuat atmosfer ruang angkasa dengan tema orkestra yang dramatis namun melankolis. Suara pengisi karakter juga luar biasa — setiap companion terdengar hidup, terutama Parvati yang diperankan dengan emosi yang tulus.


Kelebihan The Outer Worlds

  1. Penulisan dan humor khas Obsidian, cerdas dan penuh sindiran sosial.
  2. Sistem pilihan moral dinamis, membuat setiap keputusan bermakna.
  3. Companion kuat dan memorable, dengan kisah pribadi menarik.
  4. Desain dunia yang penuh warna dan kepribadian.
  5. Gameplay fleksibel — bisa diplomatis, agresif, atau licik.

Kekurangan The Outer Worlds

  1. Durasi relatif pendek — sekitar 20–25 jam untuk menyelesaikan cerita utama.
  2. Desain misi kadang repetitif, terutama misi sampingan.
  3. AI musuh tidak terlalu cerdas.
  4. Tidak ada mode eksplorasi bebas antariksa seperti Mass Effect.

Penerimaan dan Dampak

Saat dirilis, The Outer Worlds mendapat pujian luas dari kritikus dan pemain. Banyak yang menyebutnya sebagai “spiritual successor” dari Fallout: New Vegas, namun lebih padat dan terfokus.

Game ini bahkan masuk nominasi Game of the Year 2019 di The Game Awards, bersaing dengan judul-judul besar seperti Control dan Sekiro: Shadows Die Twice.

Keberhasilannya membuka jalan bagi sekuelnya, The Outer Worlds 2, yang diumumkan pada 2021. Obsidian kini menjadi bagian dari Microsoft Studios, memberi harapan bahwa proyek lanjutan ini akan lebih besar dan ambisius.


Kesimpulan

The Outer Worlds adalah RPG yang cerdas, lucu, dan menyindir — sebuah perjalanan penuh warna ke masa depan di mana manusia tak lagi dikuasai oleh dewa, melainkan oleh perusahaan dan iklan.

Dengan penulisan tajam, karakter menawan, dan kebebasan moral sejati, game ini membuktikan bahwa Obsidian masih menjadi salah satu pengembang RPG terbaik di dunia.

Meski skalanya lebih kecil dari raksasa seperti Mass Effect atau Skyrim, The Outer Worlds menawarkan pengalaman yang intim dan bermakna: bahwa di antara bintang-bintang, kebebasan sejati mungkin hanya dimulai dari pilihan yang kita buat sendiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *